Bukan Kerja Biasa

Bukan Kerja Biasa

“Setiap sapu yang kuayunkan, setiap sajadah yang kurapikan — bukan kerja biasa. Ini pelayanan untuk para tamu Jumat, yang datang memenuhi undangan dari Pemilik Rumah ini.”

Seperti biasa, aku mengawali hari dengan bangun pagi dan menjalankan ibadah selayaknya hamba Allah. Setelah itu, aku sarapan seadanya — makanan sederhana yang telah disiapkan oleh istriku. Dia benar-benar istri yang hebat, anugerah dari Allah untuk menemaniku dalam hidup ini: gigih, ulet, dan sabar.

Pukul 08.00 aku mulai bersiap ke masjid. Hari Jumat selalu menjadi agenda rutinku untuk bersih-bersih. Aku senang menjalaninya dan tak pernah mengeluh, meski kadang ada sedikit ganjalan saat pembagian tugas dengan sesama marbot. Tapi aku percaya: Allah yang mengatur semuanya. Apa pun bentuk tugas yang diberikan, Allah tahu aku mampu. Bagian yang lebih lelah sekalipun, tidak akan sia-sia — selama aku ikhlas menjalaninya.

Apalagi semua ini terjadi di masjid — rumah Allah. Tempat yang bukan hanya pusat ibadah, tapi juga pusat kehidupan bagi umat Muslim.

Masjid adalah tempat utama shalat berjamaah, terutama shalat lima waktu dan shalat Jumat. Masjid juga menjadi pusat pendidikan agama, tempat kajian, pengajian, dan ceramah. Ia menjadi pusat komunitas, tempat umat Muslim saling bertemu, mempererat ukhuwah Islamiyah, dan saling mengenal. Bahkan, banyak kegiatan sosial dijalankan dari masjid: pembagian sembako, penggalangan dana, dan berbagai amal kebaikan lainnya.

Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.”
(HR. Muslim)

Mengingat semua itu, aku jadi semakin sadar — betapa beruntungnya aku menjadi seorang marbot, ini bukan kerja biasa ini anugrah dari Allah yang menjadikan aku sebagai marbot. Saat aku terlibat langsung, atau bahkan hanya sekadar membantu sedikit, aku yakin: ada pahala yang ikut mengalir. Yang terpenting adalah berusaha ikhlas, jujur, dan terus melayani dengan sepenuh hati. Maka ketika sajadah telah rapi, karpet telah bersih, dan jamaah mulai berdatangan satu per satu — hatiku pun ikut bersih.

Sebab di balik pekerjaan yang tampak sepele ini, ada kedekatan dengan Allah yang tak bisa dilihat dengan mata.

Aku bukan siapa-siapa. Tapi aku ingin menjadi seseorang di hadapan-Nya.
Melayani rumah-Nya, melayani hamba-Nya — semoga menjadi jalan menuju ridha-Nya.

Bukan kerja biasa. Ini bagian dari ibadah. Ini perjuangan kecil yang diam-diam besar.

warizalahmad92@gmail.com
http://kisahmarbot.com

Leave a Reply